Merebaknya
bisnis maskapai berbiaya murah atau low cost carrier pada awal tahun 2000-an
membawa dampak negatif terhadap kelangsungan bisnis angkutan kapal laut
penumpang untuk jarak sedang dan jauh. Seperti yang dialami Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) operator kapal yakni PT Pelni (Persero).
Penumpang Pelni pelan tapi pasti, mengalami penurunan jumlah penumpang, bahkan pada tahun lalu merupakan masa pahit dari Pelni. Meski memperoleh pendapatan Rp 2,4 triliun, namun perseroan masih merugi akibat penumpang minim tetapi beban operasional justru merangkat naik.
Tahun 2013, total penumpang hanya mencapai 4,5 juta per tahun, padahal sebelum beroperasinya penerbangan murah jumlah masyarakat yang menggunakan armada kapal laut mencapai 8 juta orang.
"Yang jelas, dulu 8 juta. Sebelum adanya penerbangan lcc atau low cost carrier di bawah tahun 2000. Sekarang menjadi 4,5 juta. Jauh banget," kata Direktur Utama Pelni Syahril Japarin saat sosialisasi penyesuaian tarif di All Seasons, Gajah Mada, Jakarta Pusat, Kamis (10/4/2014).
Karena jumlah penumpang terus turun namun beban operasional justru bertambah, selanjutnya Pelni melakukan beberapa langkah. Syahril menjelaskan Pelni melakukan efisiensi pemakaian konsumsi BBM di kapal dengan menerapkan teknologi dari BPPT.
Pasalnya BBM menjadi penyumbang biaya terbesar yakni 55% dari total biaya. Selain itu, Pelni melakukan penertiban penumpang dan kargo gelap yang tidak membayar tiket resmi. "Kita lakukan efisiensi di semua lini. Pemakaian BBM di atas kapal mencapai 55% dari biaya keseluruhan," jelasnya.
Selain efisiensi, Pelni mengubah model bisnis. Pelni mulai menggenjot bisnis angkutan cargo atau barang.
Strateginya Pelni memodifikasi kapal penumpang miliknya sehingga bisa membawa kontainer, truk besar, bus dan tetap membawa penumpang. Porsi pendapatan dari sektor kargo diproyeksi menjadi 70% dan penumpang 30% di dalam 5 tahun ke depan.
"Kemudian kita perlahan masuk ke dunia kargo. Akhirnya angkutan Kargo akan lebih besar dariapda penumpang. Pelayanan kita perbaiki," sebutnya.
Saat ini, Pelni telah memodifikasi 2 unit kapal dari 22 unit kapal yang dimiliki agar bisa menjadi angkutan cargo. Kapal Pelni rata-rata berukuran besar karena mampu membawa 500-3.000 penumpang sekali jalan. Untuk modifikasi kapal, Pelni mengeluarkan dana Rp 100 miliar untuk setiap modifikasi kapal per unitnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar